25 Desember 2008

Suatu Kisah Tentang Natal

Pada suatu kota, hiduplah seorang ayah beserta anaknya. Sang ayah dan anaknya hidup berkecukupan. Suatu hari, sang anak berkata pada ayahnya, "Pa, arti Natal itu apa sih?" Ayahnya berkata, "Nak, kalau kamu mau tahu, tunggu saja sampai tanggal 24 Desember, kemudian kamu pergi keluar rumah dan berkeliling kota untuk mencari jawabannya."


Akhirnya, tanggal 24 Desember yang dinantikannya pun tiba. Anak itu segera berpamitan kepada ayahnya dan ia pergi keluar rumahnya. Setibanya di luar, ia segera berjalan-jalan untuk berkeliling kota. Di setiap jalan yang ia lalui, ia melihat pernik-pernik Natal yang indah, pohon Natal besar yang dilihatnya di taman kota, kemeriahan dari banyak keluarga untuk menyambut Natal, dan banyak lagi yang berhubungan dengan kebahagiaan. Setelah selesai mengelilingi kota, akhirnya ia pun beranjak untuk pulang ke rumahnya dan ingin memberitahukan kepada ayahnya arti Natal menurutnya. Saat di perjalanan, tiba-tiba ia melihat seorang pengemis tua bersama kedua anaknya sedang duduk di pinggir jalan. Anak ini pun menjadi penasaran dan mendatangi pengemis itu. Ia berkata, "Ibu, apa yang sedang Ibu lakukan di sini? Mengapa tidak merayakan Natal seperti yang lainnya?" Pengemis ini menjawab, "Nak, sedangkan untuk makan dan membeli pakaian untuk menjaga anak-anak Ibu tetap hangat saja Ibu tidak memiliki uang, apalagi untuk merayakan Natal." Anak ini pun merasa tersentuh dan memutuskan mengajak ibu ini pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, ia segera memberitahu pelayannya untuk menyiapkan makanan terlezat dan juga pakaian terbaik untuk pengemis ini dan kedua anaknya. Pengemis ini merasa sangat berterima kasih kepada anak ini. Ia berkata kepada anak ini, "Nak, seumur hidup Ibu, baru kali ini Ibu merasa sangat dihargai. Terima kasih, Nak." Anak ini menjawab, "Sama-sama, Bu. Saya juga merasa senang bisa membantu Ibu." Ibu ini pun menjawab, "Biasanya tidak ada yang memperdulikan Ibu di malam Natal ini. Para penduduk kota ini terlalu sibuk dengan aktivitas mereka dalam menyiapkan perayaan Natal. Mereka melupakan tentang orang-orang yang kondisinya jauh di bawah mereka yang bahkan untuk makan saja tidak memiliki uang." Anak ini pun merasa tersentuh dan berjanji akan membuatkan ibu ini tempat tinggal. Ibu ini pun merasa berterima kasih dan pamit untuk pulang ke tempatnya.

Setelah ibu itu dan anaknya pergi, anak ini segera menemui ayahnya untuk menceritakan semuanya. Anak ini menutup ceritanya dengan kalimat, "Pa, akhirnya saya menemukan makna Natal yang sebenarnya." Ayahnya tertarik dan bertanya, "Lalu, apakah makna Natal itu, Nak?" Anak ini menjawab, "Awalnya saya berpikir Natal adalah saat di mana kita memiliki kebahagiaan, kesenangan, dan kegembiraan. Namun, setelah kejadian itu, saya pun memikirkan ulang dan akhirnya menemukan bahwa Natal adalah saat di mana kita seharusnya lebih perduli dengan keadaan orang lain, supaya tidak terjadi seperti Yusuf dan Maria yang tidak diperdulikan oleh orang lain dan akhirnya malah melahirkan Raja di atas Segala Raja, Sang Juruselamat, Yesus Kristus, di sebuah palungan. Seharusnya Natal ditandai dengan menolong sesama yang membutuhkan bantuan. Yesus tidak memerlukan perayaan yang meriah untuk memperingati kelahiranNya. Yang Ia butuhkan hanyalah kesediaan kita untuk membantu orang lain dan menjadi terang dunia untuk dapat memuliakan namaNya." Ayah anak ini pun tersentuh dan memeluk anak ini. Saat itu terjadi, bel jam mereka berdentang 12 kali dan ini menandakan Natal tiba. Ayahnya pun berkata, "Selamat Natal, anakku. Semoga di hari ini kamu bisa menjadi terang di kota ini."
Apa yang bisa kita pelajari dari ilustrasi ini? Natal tidaklah memerlukan kemeriahan dari kita. Natal terindah kita justru bisa datang dari perasaan peduli dengan sesama. Karena itu, marilah kita merayakan Natal kita dengan menunjukkan kasih Kristus kepada sesama dengan membantu mereka, sehingga kita bisa menjadi terang Kristus dalam dunia ini. Merry Christmas !

Tidak ada komentar: