25 Desember 2008

Adakah yang Masih Menyadari Makna Natal Sesungguhnya? -bagian 2-

Oke, sekarang saya akan melanjutkan postingan kemarin tentang Natal. Setelah kita membahas tentang orang Majus dan cerita-cerita yang mengikuti perjalanan mereka menemui Tuhan Yesus, sekarang saya akan menceritakan tentang beberapa hal yang menyimpang dari perayaan Natal selama bertahun-tahun. Sebelumnya, mari kita membahas tentang para gembala yang juga ada pada saat kelahiran Tuhan Yesus.
Para gembala ini adalah orang-orang yang hadir pada saat Yesus Kristus dilahirkan. Gembala-gembala yang datang saat itu berasal dari Betlehem, karena jarak yang lebih dekat tentunya. Dan berlawanan dengan anggapan kebanyakan orang, ternyata para gembala ini bukan dianggap sebagai kelas dua di Betlehem. Pada kebanyakan daerah di sana, memang gembala dianggap sebagai kelas dua. Namun, bagi gembala di Betlehem, mereka dianggap sebagai salah satu kelompok masyarakat yang dihormati, karena mereka ditugaskan menjaga hewan-hewan kurban untuk persembahan di Bait Allah. Jadi, mereka dianggap sebagai penjaga dari kurban untuk bait Allah, sehingga pangkatnya sedikit ditinggikan. Mereka memang diasingkan oleh para imam Bait Allah karena sikap mereka yang suka melawan peraturan agama, namun sepertinya itu terjadi setelah peristiwa ini. Dan karena para gembala ini, Natal yang diperingati setiap tanggal 25 Desember mulai dipertanyakan, karena saat 25 Desember, itu adalah musim dingin di Palestina dan tidak mungkin bagi gembala untuk menggembalakan hewan-hewannya. Jika mereka nekat, bisa saja hewan-hewannya malah mati. Karena itu, tidak mungkin para gembala sedang menggembalakan hewannya saat 25 Desember. Kebanyakan gembala bahkan sudah mengurung hewan yang digembalakannya pada pertengahan Oktober. Karena itu, kemungkinan Yesus Kristus lahir pada musim panas dan bukannya 25 Desember. Itu saja untuk bagian gembala. Sekarang, kita akan melanjutkan ke bagian berikutnya, yaitu unsur-unsur yang menghalangi makna Natal tersampaikan dengan baik.
Pertama, saya akan membahas tentang perubahan tulisan Christmas menjadi X-Mas. Sebenarnya, tradisi mengubah Christmas menjadi X-Mas diawali di Inggris. Pada bahasa Yunani dari Kristus (Christ), dua huruf pertamanya adalah X dan P, dan jika X ditempatkan di depan P, maka ini adalah simbol huruf dari Kristus. Nah, jika hanya diambil huruf X-nya, ternyata dianggap sebagai simbol dari salib yang juga melambangkan Kristus. Karena dasar inilah, makanya istilah Christmas diubah menjadi X-Mas. Sebenarnya tidak ada yang salah dari istilah ini. Itu jika kita menganggapnya tetap sebagai kelahiran Yesus. Namun, bagaimana dengan orang-orang yang tidak mengerti ? Ini akan membuat persepsi mereka tentang hari Natal berubah. Mereka hanya menganggap Natal sebagai hari libur biasa. Bahkan, untuk anak-anak, mereka akan menganggap hari Natal sebagai hari peringatan akan Sinterklas, karena belakangan Sinterklas mulai mengambil alih posisi dari Tuhan Yesus sebagai pusat dari Natal. Karena itulah, ini adalah salah satu trik dari dunia yang kejam ini untuk mengaburkan makna Natal yang sebenarnya. Mengapa saya mengatakan hal demikian ? Mari kita merenung. Jika Christmas dicoret menjadi X-Mas, mengapa hari raya lain yang lebih panjang hurufnya tidak disingkat dengan cara yang sama ? Kalau kita menyingkatnya seperti itu, sama saja dengan menghilangkan Kristus (Christ) dan mencoretnya dengan tanda X besar. Apakah kita mau menghilangkan unsur Tuhan dari hari peringatan akan Dia ? Karena itu, sebaiknya kita tetap mempertahankan tulisan Natal dalam bahasa Inggris sebagai Christmas dan tidak mengubah-ubahnya.
Selanjutnya, mengenai lagu Santa Claus is coming to town. Kebanyakan dari kita mengenal lagu ini sebagai salah satu lagu yang wajib diputar saat Natal tiba. Bahkan, mungkin di antara kita ada juga yang memfavoritkan lagu ini. Namun, tahukah Anda bahwa lagu ini mengandung pesan dari dunia ini untuk melupakan Yesus Kristus ? Lagu yang dibuat oleh J.Fred Coots dan Haven Gillespie ini sebenarnya menghilangkan peranan Tuhan Yesus dalam dunia ini. Dari liriknya yang menyuruh kita bersiap untuk menyambut Santa Claus, ini melambangkan bahwa kita tidak perlu bersiap untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus, karena yang datang adalah Santa Claus. Santa-lah yang akan memisahkan orang baik dan orang jahat. Santa-lah yang mendatangkan kebahagiaan bagi kita. Lalu, di mana Yesus ? Lagu ini mematikan semangat Natal sebenarnya. Santa Claus dianggap sebagai Mesias yang datang untuk memberi kebahagiaan bagi mereka yang bersikap baik dan percaya kepadanya. Santa Claus telah bertindak sebagai berhala dan dapat dianggap sama seperti setan. Peran Yesus Kristus sebagai Juruselamat diambil alih oleh seorang bapak tua berjenggot lebat berwarna putih yang berpakaian merah dan sifatnya digambarkan bersahabat. Tentunya tradisi ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena hanya akan membuat banyak orang berpaling daripada Tuhan Yesus dan lebih menantikan kedatangan Santa Claus di rumahnya.
Dan yang terakhir, pohon Natal. Adalah sebuah tradisi yang sudah turun-temurun di banyak keluarga di dunia untuk selalu memasang pohon Natal di rumah mereka. Namun, yang tidak mereka ketahui, pohon ini sebenarnya merupakan salah satu tradisi pagan (penyembahan setan) dari zaman dahulu. Pohon cemara yang sering digunakan dianggap sebagai simbol dari penyembahan kepada dewa matahari. Bahkan, ada juga yang melambangkan sebagai simbol dari kesuburan. Pohon Natal yang menyesatkan ini juga masih berkaitan dengan tanggal peringatan Natal yang jatuh di 25 Desember, sama dengan tanggal untuk memuja dewa matahari. Ini tentunya merupakan penyesatan besar-besaran di kehidupan keluarga Kristen, karena secara tidak langsung mereka dianggap menyembah dewa matahari.
Akhirnya, kita sampai kepada bagian akhir artikel saya ini. Mungkin saja bisa bertambah, namun cukup untuk kali ini. Kiranya artikel ini dapat memberkati kita semua dan juga meluruskan tradisi-tradisi yang menyesatkan mengenai Natal. God bless you all ! Dan juga, happy birthday, Jesus !

2 komentar:

Meliszie mengatakan...

saya stuju skali dengan yg Christmas tdk blh diganti dgn X'mas!!
Karna kita seperti menghilangkan makna natal sesungguhnya dengan menghilangkan kata Christ, yang sebenarx merupakan inti dari perayaan natal!!

Mengenai hari natal yg diarayakan 25 Desember, saya pernah membaca kalo pada waktu itu tidak diketahui tanggalx karna blm mengenal sistem pertanggalan, dan 25 Desember hanyalah kesepakatan bersama dari pemukaa2 umat Kristiani.

Alber mengatakan...

Ya, memang benar, namun ada juga gereja yang masih mempertahankan tradisi Natal tidak pada tanggal 25 Desember.