15 November 2008

PSM, Nasibmu Dulu dan Kini

Hai semua. Postingan ini memang berkisah tentang klub sepakbola di Makassar yang bernama Persatuan Sepakbola Makassar (PSM). PSM dulunya adalah salah satu klub sepakbola di Indonesia yang sangat ditakuti. PSM pernah menjuarai Ligina VI (kalau tidak salah). Pada saat itu, kondisi keuangan PSM lebih parah dibandingkan sekarang. Namun, para pemain tetap dapat mempersembahkan gelar bagi publik Makassar dan Sulawesi Selatan. Sedangkan sekarang, jangankan gelar, untuk menembus papan tengah saja membutuhkan pengorbanan yang besar. Kondisi keuangan saat ini juga sangat parah, sehingga hampir diambil keputusan untu membubarkan PSM. Nah, perbandingan kedua kondisi ini sangatlah mencolok. Kemungkinan nasib PSM sekarang yang sangat buruk disebabkan 2 faktor. Faktor pertama adalah sifat para pemain yang menjadi manja. Para pemain sudah meninggalkan ciri khas permainan PSM yang dikenal pantang menyerah. Contohnya Claudio Pronetto. Dibeli dengan harga yang sangat tinggi, nyatanya tidak memberikan kontribusi berarti. Itu contoh untuk pemain asing. Pemain lokal sendiri juga mulai demikian. Contohnya Ahmad Amiruddin. Sebagai bek kiri, seharusnya ia memiliki naluri untuk berduel dengan lawan, meskipun sebelumnya ia memang berposisi sebagai penyerang. Ini membuktikan bahwa ciri khas daerah Sulawesi Selatan sudah mulai memudar dalam permainan PSM. Faktor yang kedua adalah pengurus. Memang saya tidak mengatakan bahwa pengurus tidak sungguh-sungguh dalam mengurus PSM, tetapi yang saya ingin tekankan adalah miskinnya kreativitas pengurus dalam mencari dana bagi PSM. Sebaiknya, selain mencari dana dari sponsor, pengurus juga menyiapkan dana cadangan, seperti meminta sumbangan, namun jangan hanya menerima uang. Bisa dengan menyiapkan stiker atau kaus bagi penyumbang agar banyak yang mau menyumbang. Atau mengadakan malam penggalangan dana bagi suporter PSM. Barang-barang dari PSM yang memiliki nilai jual, misalnya kaus pemain saat menjuarai Ligina VI, dapat dijual dengan cara lelang agar harganya tinggi. Selain itu, seharusnya pengurus mengadakan kerjasama dengan persatuan suporter di Makassar. Tiket pertandingan kandang bisa ditawarkan secara partai kepada ketua kelompok suporter. Dengan cara ini, ketua suporter bisa menawarkan tiket dengan harga yang sedikit lebih murah dibanding dengan harga langsung di stadion. Jika sudah ada kerjasama, maka akan terjadi penurunan jumlah penonton yang masuk ke dalam stadion tanpa tiket, karena ketua mereka sudah menawarkan dengan harga murah. Dengan begini, pengurus tidak terlalu susah memikirkan keadaan finansial PSM dan krisis keuangannya tidak akan separah ini.
Semoga postingan ini dapat dilihat oleh para pecinta PSM di manapun Anda berada, dan juga pengurus PSM agar dapat mempertimbangkan saran saya. Terima kasih.

1 komentar:

.d.a.L.a.R.i.f.a.t. mengatakan...

alber.. alber...

kw kayak reporter olahraga saja..

hehe..

isikan comment juga nah..